Ular Kepala Manusia

Keajaiban Sabar

20.13 Edit This 0 Comments »
Apakah ada keajaiban sabar? Apakah benar dengan bersabar, hidup kita menjadi lebih tenang? Lalu, apa bedanya sabar dengan pasrah? Mengapa kita harus bersabar, sementara kita masih punya kemampuan untuk berbuat sesuatu?

Pertanyaan-pertanyaan itu sering menganggu pikiran saya. Tidak mudah untuk menjawabnya, karena saya bukanlah seorang ustadz, kyai, atau perenung yang bisa mendapatkan jawaban setelah sekian lama berdiam dan menyendiri. Saya hanyalah orang awam yang sedang mencari jawaban dari beragam pertanyaan diatas.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, penulis berbagai kitab dan murid dari Ibnu Taimiyah, sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarah yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa yang dapat mencegah dengannya akan tegak dan baik segala perkara.

Ternyata, sabar tidak sama dengan pasrah. Pasrah artinya berputus asa, sedangkan sabar berarti menerima keadaan yang ada tetapi tetap semangat dan tetap berusaha. Sabar identik dengan bagaimana cara memendam amarah yang menggelegak. Sabar juga sama artinya dengan menjaga mulut dari perkataan kotor, pembicaraan yang tidak perlu serta menunjukkan kemarahan. Terus terang, belum satupun bisa saya lakukan.

Tidak hanya itu, sabar juga bisa diartikan sebagai kuat pendirian untuk tidak berbuat maksiat, dan menghindarinya sejauh mungkin. Dalam hal ini, kita dituntut bersabar dalam berpegang pada kebenaran ajaran agama. Bukan menyelewengkannya untuk kepentingan kelompok atau pribadi.

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,


“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim)

Menurut para ahli tafsir, yang menarik dari hadist tersebut adalah setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Lalu, mengapa dan di mana pesona itu bisa ditemukan?

Pesona muncul dari sikap seseorang dalam menyikapi segala sesuatu. Ia senantiasa berprasangka baik, husnuzhon, dan positive thinking terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah SWT. Ketika mendapatkan kebaikan, ia reflesikan dalam bentuk syukur, dan ketika mendapat musibah, ia bersabar. Segala sesuatu yang ia terima dianggap sebagai karunia, anugerah Allah yang tiada banding. Ia percaya bahwa Allah tidak memberikan sesuatu kepadanya kecuali hal tersebut positif baginya.

Begitu pula saat mendapatkan musibah ia akan bersabar, karena ia yakin, di balik musibah dan cobaan tersebut ada rahasia kebaikan didalamnya. Ia lebih memilih bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah daripada menyalahkan Sang Kholik. Mungkin terkadang ada orang mengeluhkan Allah tidak adil, dan mengapa harus mengalami berbagai cobaan.

Kesabaran juga membuat kita tidak berputus asa sampai menginginkan kematian. Jika memang kondisi membuatnya terpaksa maka hendaklah ia berdoa kepada Allah untuk meminta hal terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Hal ini terdapat dalam salah satu hadits. Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekirana ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR Bukhari dan Muslim)

0 komentar: