Ular Kepala Manusia

PUASA : PENGENDALIAN DIRI MENUJU AKHLAKUL KARIMAH

19.20 Edit This 0 Comments »
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan ( permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan – penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang hak dan yang bathil ).karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu……
( QS. Al – Baqarah 2 : 185 )

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt berfirman “ semua amal perbuatan bani adam adalah untuknya ( pribadi ) dan karena itu AKu-lah yang langsung memberikan ganjarannya. Puasa itu ibarat perisai. Rasullullah Saw bersabda, “Demi Tuhan Yang diri Muhammad ada dalam kekuasaan – Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah dari bau harum kesturi. Dan bagi orang yang berpuasa, ada dua kegimbiraan, yakni gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika kelak menemui Tuhan – Nya karena Allah Ta’ala menerima pahala puasanya” ( HR. Syaikhani, Nasa-I dan ibnu Hibban )

Hadis diatas menggambarkan keutamaan ibadah puasa, seperti pemberian ganjaran langsung dari Allah, bau mulut orang yang berpuasa wangi di sisi Allah dan orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan selain itu, hadits di atas juga mengingatkan kita bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tapi juga mengendalikan anggota tubuh, terutama lidah karena ia gampang tergilincir dari perbuatan masiat.

Ibadah puasa, sepanjang sejarah manusia menyerukan pesan “menahan dan mengendalikan diri sendiri,” sebuah pesan moral yang sangat mulia. Puasa menurut istilah ismail Al-faruqi, merupakan latihan terbaik dalam seni pengendalian diri. Puasa merupakan ibadah mendorong kita berlatih menguasai dan mengendalikan diri ( Jihad Nafs ) puasa sekali lagi adalah salah satu ibadah rukun Islam ketiga yang sangat rahasia antara sang hamba dan tuhannya. Didalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman “Puasa adalah untuk Ku semata dan AKulah yang menanggung pahalanya”.

Puasa, misalnya, berbeda dengan ibadah shalat, yang sangat dianjurkan dikerjakan berjamaah.mengerjakan shalat berjama’ah akan lebih besar pahalanya daripada shalat sendirian juga, puasa berbeda dengan zakat yang yang boleh “dipamerkan”karena yang penting dari ibadah zakat adalah tujuan sosialnya tercapai begitu pula dengan puasa. berlainan dengan ibadah haji yang dilakukan massal,dan karena itu sepenuhnya terlihat dalam pengetahuan banyak orang.

Berkaitan dengan Jihad nafs ( pengendalian diri ) Imam Al ghazali membagi puasa dalam tiga tingkatan.pertama (1) Puasa Awan (biasa) yaitu pengendalian diri atau menjauhkan diri dari keinginan – keinginan yang berkaitan pemuasan nafsu makan dan nafsu seksual dengan istri pada siang hari, walaupun sebenarnya hanya mampu mengendalikan diri dari keinginan lahiriah dan fisik sesaat. Kedua (2) Puasa Khawwash ( istimewa ) yaitu mengendalikan diri atau menjaga diri sendiri dari nafsu – nafsu telinga,mata tangan,kaki dan seluruh anggota tubuh lainnya dari perbuatan zalim dan salah. Puasa semacam ini biasanya dilakukan orang – orang saleh. Mereka mengendalikan diri untuk tidak melihat hal –hal yang tidak benar dan tidak diridhai Allah. Ketiga (3) puasa khawwash al-khawwash (yang teristimewa), yaitu mengendalikan dan menjauhi diri daripada pikiran – pikiran yang rendah dan masalah – maslah yang berkaitan duniawi. Sepanjang hari – hari puasanya, seseorang tidak memikirkan dan disebukkan aktivitas apa pun selain mengingat Allah, Hari – hari puasa adalah hari – hari dzikir kepada Allah. Dengan demikian puasa memberikan kesempatan pula kepada kita untuk belajar mengendalikan diri dari nafsu – nafsu yang bertentangan dengan ajaran islam . puasa dengan pembelajarn diri pengendalian diri diharapkan dapat menuntun kita ke arah kehidupan masyarakat yang berakhlakul karimah ( akal terpuji, baik ).

0 komentar: